Lidah Stones, "Lambang Rock Paling Tenar"
Jakarta, (ANTARA News) - Gambar bibir "dower" dan lidah yang menjadi lambang kelompok musik The Rolling Stones rupanya sudah sangat melegenda.
Begitu terkenalnya lambang tersebut, sampai-sampai suatu museum di London bersedia membeli gambar aslinya senilai lebih dari 92 ribu dolar AS (sekitar Rp840 juta).
Victoria Broakes dari V & A mengemukakan lambang itu "bisa jadi merupakan logo rock yang paling tenar."
BBC. com melaporkan, gambar itu dirancang pada tahun 1970 dan hingga kini masih dipakai oleh The Rolling Stones.
Museum Victoria and Albert membeli karya seni tersebut setelah mendapat dana dari lembaga amal The Art Fund.Lembaga amal itu menyebut gambar bibir dan lidah itu "salah satu logo dinamik yang paling visual."
Seniman John Pasche, sang bekas pemilik, awalnya dibayar 50 poundsterling untuk melahirkan karya itu.
Kelompok "The Stones" sangat puas dengan logo itu sehingga pada tahun 1972, mereka memberi bonus kepada John Pasche sebesar 200 poundsterling.
Semuanya berawal ketika Pasche masih jadi mahasiswa Royal College London of Art. Saat itu, Mick Jagger, penyanyi The Rolling Stones, sedangkan kecewa dengan lambang yang terlalu "lemah lembut" dari perusahaan rekaman Decca.
Jagger mencari logo baru dan dia datang ke pameran karya mahasiswa tempat Pasche sedang memajang karya-karyanya. Dia akhirnya memilih lambang yang kemudian jadi ikon karya desain pop art itu. Lambang tersebut selanjutnya digunakan pertama kali oleh The Stones untuk album Sticky Fingers pada tahun 1971.
"The Rolling Stones adalah kelompok musik pertama yang sungguh-sungguh memperhatikan logo dan membuatnya menjadi bagian penting dari bisnis mereka," kata wakil direktur The Art Fund, Andrew Macdonald.
"Langkah itu juga menjadi tanda peralihan dari pemberontakan di era 60-an menjadi mesin korporat seperti yang kita lihat sekarang."
Pasche menjadi perancang poster-poster The Stones saat mereka melakukan rangkaian tur musik dasawarsa 70-an dan 80-an.
Lambang itu disebut-sebut mewakili bibir Jagger yang khas dan sikap pemberontakan ekstrem kelompok musik tersebut.
Pasche selanjutnya bekerja untuk musisi Sir Paul Mccartney maupun THe Who. Dia juga menjadi "art director" di United Artist, Chrysalis Records dan South Bank Centre di London.(*)
COPYRIGHT © 2008 ANTARA
PubDate: 12/09/08 15:58
No comments:
Post a Comment